Gus Dur dan Pemikiran Pluralisme
Sahabat-sahabat pasti sangat mengenal siapa itu K. H.
Abdurrahman Wahid atau yang akrab di panggil Gus Dur. Beliau adalah
mantan presiden ke 4 Republik Indonesia yang hanya menjabat dalam kurun waktu
tidak sampai 2 tahun (dimulai pada 20 Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang
Istimewa MPR pada 23 Juli 2001) menggantikan Prof. Dr. B.J Habibie. Beliau
adalah putra sulung dari pasangan K.H Wahid Hasyim dan Solichah yang merupakan
cucu dari K.H Hasyim Asyari sang sendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia,
Nahdlatul Ulama, ini lahir pada tanggal 4 Sya'ban atau 7 September 1940.
Pencipta lagu Syi'ir Tanpo Waton ini terkenal sebagai sosok
yang penuh kontroversi. Terutama dalam sepak terjangnya di dunia politik selama
menjabat sebagai presiden RI. Salah satu sebutan yang terkenal dari beliau
adalah pandangan masyarakat luar yang mengatakan bahwa Gus Dur adalah Bapak
Pluralisme.
Apa itu pluralisme? Pada tanggal 28 Juli 2005,
MUI menerbitkan fatwa yang melarang pluralisme. Dalam fatwa tersebut, pluralisme
agama,sebagai obyek persoalan yang ditanggapi, didefinisikan sebagai:
"Suatu paham yang mengajarkan bahwa semua
agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh
sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja
yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa
semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di surga".
Dengan demikian, MUI menyatakan bahwa Pluralisme
dalam konteks yang tertera tersebut bertentangan dengan ajaran Agama Islam.
Kalau MUI yang merupakan induk dari umat Islam di
Indonesia melarang pluralisme lantas mengapa Gus Dur Yang merupakan ulama besar
disebut sebagai bapak pluralisme? Jika kita merujuk pengertian pluralisme
seperti yang dijelaskan oleh MUI diatas, jelas itu tidak diperbolehkan. Namun
bagaimana dengan pluralisme Gus Dur? Dalam hal ini ada definisi lain dari
Pluralisme yang berarti faham akan keragaman, bagaimana menghargai segala
sesuatu yang beda dalam koridor yang masih relevan. Positifnya adalah agar
negara ini tetap bersatu padu. 'BHINEKA TUNGGAL IKA'
Gus Dur dan Pluralisme adalah dua hal yang sulit
dipisahkan. Beliau adalah tokoh yang sangat peduli dengan keberagaman,
perbedaan dan keanekaragaman. Termasuk dalam hal kehidupan beragama. Bahkan
beliau juga dekat dengan tokoh-tokoh agama selain Agama Islam yang beliau anut.
Sering keluar masuk tempat peribadatan agama-agama lain. Hal inilah yang
seringkali menimbulkan kesalahan penafsiran pluralisme yang Gus Dur ajarkan. Namun
setelah wafatnya beliau, 30 Desember 2009 lalu, orang-orang mulai sadar akan
kebenaran tentang bagaimana cara bertoleransi yang beliau ajarkan.
Pluralisme yang diajarkan Gus Dur adalah murni
dari pemikiran jernih dan didasarkan pada kitab suci Al Quran dan Hadits nabi.
Salah satunya adalah ayat terakhir surat Al Kafirun. Perintah membantu umat
lain seperti membantu pembangunan gereja, juga ada dalam perintah Nabi Muhammad
sebagai bukti sikap Nabi dalam menghormati dan toleransi, sebagaimana yang
pernah dikatakan oleh Quraish Shihab.
Ada pandangan lain mengenai Gus Dur dan
Pluralisme yang menyatakan bahwa Gus Dur Bukanlah bapak pluralisme melainkan
bapak humanis, sebab yang beliau perjuangkan bukan pluralismenya melainkan sisi
kemanusiaannya. Pandangan ini disampaikan oleh Inayah Wulandari Wahid, putri
bungsu Gus Dur sendiri yang ia sampaikan saat peringatan 1000 hari wafatnya Gus
Dur (15 Oktober 2012). Dalam pidatonya ia menuturkan:
"Ketika dia mati-matian membela orang China,
Ahmadiyah, Nasrani, dan orang-orang termarjinalkan lainnya, yang diperjuangkan
bukan Chinanya, bukan Ahmadiyahnya, bukan Nasraninya, melainkan manusianya.
Jadi lebih tepat dikatakan Gus Dur itu tokoh humanis,". Menurut Inayah,
Gus Dur sendiri juga tidak pernah menyebut dirinya pluralis, melainkan humanis.
"Bahkan Gus Dur pernah berpesan agar di pusaranya ditulis 'Di Sini
Dimakamkan seorang Humanis'," ungkap Inayah.
Gus Dur merupakan salah satu dari 4 tokoh yang
ketika akhir hayatnya menggemparkan dunia selama abad ke 21. Ada tokoh-tokoh
tersebut adalah Presiden ke 35 AS, John F Kennedy. Tokoh spiritual dan
politikus India, mahatma Gandhi. Tokoh perjuangan di Iran, Ayatullah Ruhullah
Khomeini dan terakhir Mantan Presiden Republik Indonesia, K.H Abdurrahman Wahid
(Gus Dur).
Terlepas dari itu semua, Gus Dur memang merupakan
salah satu tokoh idola saya. Menurut saya beliaulah orang yang "Indonesia
Banget", yang paling mengerti tentang apa itu Bhineka Tunggal Ika
karena beliau menyadari bahwa kita hidup di negeri yang multi kultur yang tidak
akan mungkin untuk menyatukan keberagaman suku, agama, ras, budaya dan manusia
yang ada. Jalan terbaik untuk itu adalah sikap toleransi kita terhadap adanya
perbedaan tersebut supaya negara tercinta kita ini tetap kokoh berdiri diatas
perbedaan-perbedaan yang ada. Bukanlah perbedaan itu indah? Bersatulah
Indonesiaku
Posting Komentar