PENDAHULUAN
Ke-NU-an adalah segala sesuatu yang ada kaitannya dengan NU. Materi ke-NU-an dimaksudkan sebagai suatu materi yang membahas tentang masalah yang ada hubungannya dengan Nahdlatul Ulama’.
Ke-NU-an adalah segala sesuatu yang ada kaitannya dengan NU. Materi ke-NU-an dimaksudkan sebagai suatu materi yang membahas tentang masalah yang ada hubungannya dengan Nahdlatul Ulama’.
Baik mengenai pengertiannya,
dasar dan tujuannya, sejarah perjuangannya maupun struktur organisasi.
NU adalah kepanjangan dari
Nahdlatul Ulama yang secara harfiah artinya Kebangkitan Ulama. Pada hakekatnya
Nahdlatul Ulama adalah organisasi umat Islam Indonesia yang berhaluan
Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah
golongan yang tetap teguh setia mengikuti dan memegang teguh segala apa yang
datang dari Nabi Muhammad Saw baik berupa sabda, tindakan maupun ketetapan
nabi, dan memegang teguh kepada segala yang datang dari sahabat-sahabatnya.
Ahlussunnah Wal Jama’ah landasan dasar/hukum berpedoman kepada Kitabullah AL-qur’an, Sunnah Nabi ( Hadis ), Ijma’ dan Qiyas.
Ahlussunnah Wal Jama’ah landasan dasar/hukum berpedoman kepada Kitabullah AL-qur’an, Sunnah Nabi ( Hadis ), Ijma’ dan Qiyas.
Dalam masalah aqidah, Ahlussunnah
Wal Jama’ah mengikuti Imam Abul Hasan Al Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al
Maturidi, dibidang Fiqh mengikuti salah satu Madzhab empat yaitu : Imam
Hanafi,Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam Hambali, sedang dibidang tasawuf
mengikuti Imam Abul Qosim Al Junaidi dan Imam Ghozali.
SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA NU
Secara formal NU lahir pada
Tanggal 16 Rajab 1344 H bertepatan dengan Tanggal 31 Januari 1926 M di
Surabaya. Namun pada hakekatnya ajaran yang dianut dan diperjuangkan oleh
NU ini telah bersamaan dengan masuknya agama Islam di Indonesia.
Jika KH. Hasyim Asy’ari dikatakan
sebagai pendiri NU, maka KH. Abdul Wahab Hasbullah adalah sebagai orang yang
mewujudkan gerakan tersebut menjadi suatu organisasi. Sepulang dari belajar di
Makkah, KH. Abdul Wahab Hasbullah mendirikan Nahdlatul Wathon (1916) di
Surabaya. Organisasi ini bergerak pada bidang kepemudaan dan pada tahun
1924 di Surabaya sedang bergejolak perjuangan politik melawan Belanda,
disamping iti disana sini sedang membaranya masalah khilafiyah dikalangan umat.
KH. Abdul Wahab Hasbullah sering terlibat dalam perdebatan sengit dengan ulama
islam yang terkenal pada waktu itu untuk mencapai titik penyelesaiannya.
Sehubungan dengan pergolakan di Arab Saudi, maka KH. Abdul Wahab Hasbullah membentuk komite Hijaz yang merupakan delegasi untuk menghadap Raja Ibnu Sa’ud guna membicarakan masalah tersebut. Komite Hijaz inilah yang mengilhami berdirinya NU karena pertemuan yang diadakan pada tanggal 16 Rajab 1344 itu memutuskan dua macam keputusan :
Sehubungan dengan pergolakan di Arab Saudi, maka KH. Abdul Wahab Hasbullah membentuk komite Hijaz yang merupakan delegasi untuk menghadap Raja Ibnu Sa’ud guna membicarakan masalah tersebut. Komite Hijaz inilah yang mengilhami berdirinya NU karena pertemuan yang diadakan pada tanggal 16 Rajab 1344 itu memutuskan dua macam keputusan :
1.
Mengirim utusan ulama Indonesia ke Kongres dunia
islam dengan memperjuangkan hukum ibadah berdasarkan madzhab empat.
2.
Membentuk organisasi (Jam’iyyah) yang akan
mengirimkan utusan tersebut atas usul KH. AlwiAbdul Azis yang diberi nama
Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Adapun nama ulama yang hadir pada waktu itu antara
lain :
1. KH. Hasyim
Asy’ari : Jombang.
2. KH. Bisyri
Samsyuri : Jombang.
3. KH. Ridlwan
: Semarang.
4. KH. Abdul Wahab
Hasbullah : Surabaya.
5. KH. Nahrowi
: Malang.
6. KH. Raden Asnawi
: Kudus.
7. KH. Raden
Hambali : Kudus.
8. KH. Nawawi
: Pasuruan.
9. KH. Kholil
:
Bangkalan.
SEJARAH PERJUANGAN NAHDLATUL
ULAMA
1.
Pada masa penjajahan Belanda sikap NU adalah
tidak mau bekerja sama dengan Belanda. Untuk menanamkan rasa benci terhadap
penjajah, maka para Ulama mengharamkan sesuatu yang berbau Belanda
(Contoh : Pakai Celana, Dasi dll)
2.
Meskipun pada zaman Belanda tidak merupakan
partai politik akan tetapi lapangan usahanya yang tidak hanya di bidang sosial
keagamaan saja, namun international.
3.
Dalam melaksanakan dan mencerdaskan bangsa,
sejak berdirinya NU telah mendirikan Pondok Pesantren, Madrasah yang tersebar
luas diseluruh cabang-cabang di Indonesia.
4.
Dalam melaksanakan usahyanya, NU selalu menempuh
cara-cara ayang lazim dalam ajaran Islam yaitu : Musyawarah, Demokrasi.
5.
Setiap usaha untuk mempersatukan umat Islam, NU
aktif mempelopori acara tersebut dengan segala upaya untuk terwujudnya ukhuwah Islamiyah.
6.
Pada zaman penjajahan Jepang karena gigihnya
melawan penjajah, NU termasuk organisasi
yang dibubarkan oleh facisme Jepang.
7.
Menjelang masa Kemerdekaan, NU ikut aktif dalam
BPUPKI, bahkan KH.Wahid Hasyim ikut aktif dalam mempelopori sebagai panitia
perumus UUD1945 dan Pancasila.
8.
Setelah proklamasi kemerdekaan, Belanda masih
tetap aktif ingin menjajah kembali bangsa Indonesia, waktu itu Belanda
mendaratkan tentaranya di Surabaya dengan berkedok sekutu maka NU tampil
kedepan dengan pandangan Resolusi Jihadnya pada tanggal 22 Oktober 1945 yang
menyatakan Fardlu ‘ain hukumnya jihad melawan kafir Belanda, sehingga
mampu menggerakkan arek-arek Surabaya itu pada tanggal 10 Nopember 1945 melawan
Belanda.
9.
Sejak terbentuknya kabinat Syahrir Ketia ( 1946
) sampai dengan kabinet Pembangunan Pertama 1973, NU selalu diberi kepercayaan
jabatan sebagai Menteri – menteri.
10.
Ketika terjadiaffair Madiun (PKI) 1948, dengan
laskar Hizbullah dan dibawah pimpinan Zaenul Arifin dan Sabilillah dipimpin KH.
Masykur turut aktif menumpas PKI.
11.
Sejak tahun 1952 NU menjelma sebagai partai
politik dan peranan NU semakin nyata dalam segala aktifitasnya yang bersifat
politis kenegaraan maupun sosial kemasyarakatan.
12.
Pada waktu terjadi G.30 S PKI, NU tampil sebagai
pelopor yang pertama untuk menuntut pada pemerintah/presiden agar PKI dan
Banomnya dibubarkan (oktober1965)
13.
Didalam menumpas PKI dan penumbangan ORLA,
manunggalnya ABRI bersama rakyat NU sangat menentukan. Pada waktu itu H. Subhan
ZE menjadi ketua aksi penggayangan gestapu. GP.Ansor/Banser tampil terdepan
dalam penggayangan tersebut.
14.
Pelajar dan mahasiswa NU turut ambil bagian
terdepan dalam melaksanakan aksi penumbangan Orla dan Menegakkan Orba.
15.
Setelah adanya penyederhanaan partai 1975 dimana
partai-partai Islam berfusi ke dalam wadah Partai Persatuan Pembangunan maka NU
menyatakan menjadi Jam’iyyah sebagai kelahirannya 1926.
16.
Didalam masa pembangunan ini, partisipasi NU
dalam negara dan bangsa digarap melalui bidang-bidang pokok :
a.
Bidang da’wah dan penyiaran agama.
b.
Bidang ekonomi dan pembangunan.
c.
Bidang sosial dan kesejahteraan ( Mabarot )
ASAS / AQIDAH, TUJUAN DAN LAMBANG
NU
Aqidah
:
Nahdlatul Ulama sebagai Jam’iyyah
Diniyah Islamiyah beraqidah/berasas Islam menurut Faham Ahlussunnah Wal Jama’ah
dan menganut salah satu dari madzhab empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i dan
Hambali.
Asas
:
Dalam Kehidupan Berbangsa Dan
Bernegara, Nahdlatul Ulama Berpedoman Kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan Dan
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Indonesia.
Tujuan
:
Berlakuanya ajaran Islam
yangberhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah dan mengikuti salah satu madzhab 4
ditengah-tengah kehidupan masyarakat didalam wadah Negara Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Lambang :
NU mempunyai lambang berupa
gambar bola diikat dengan tali, dilingkari oleh lima bintas diatas garis
khatulistiwa, sehingga seluruhnya berjumlah sembilan bintang, serta terdapat
tulisan Nahdlatul Ulama dengan huruf Arab yang melintang bola dunia dan
menelusuri garis khatulistiwa. Lambang tersebut diciptakan oleh KH. RIDLWAN
ABDULLAH, dilukis dengan warna putih diatas warna hijau.
STRUKTUR ORGANISASI
1. Kepengurusan
NU terdiri dari Musytasyar, Suriyah, Tanfidliyah.
2. Mustasyar
adalah pembina, pembimbing, penasehat kegiatan NU.
3. Syuriah
merupakan berfungsi sebagai pengelola, pengendali, pengawas, dan penentu
kebijakan Jam’iyyah yang berlaku.
4. Tanfidliyah
merupakan pelaksana sehari-hari kegiatan NU.
5. Mustasyar
dibentuk hanya untuk tingkatan pengurus Besar, Wilayah dan Cabang.
6. Hak
dan kewajiban syuriah dan Tanfidliyah diatur dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN ULAMA
DALAM NU
Jam’iyyah Nahdlatul Ulama adalah
merupakan kumpulan para ulama yang bangkit dan membangkitkan
pengikut-pengikutnya untuk dapat mengamalkan syariat Islam Ahlusunnah Wal
jama’ah.
Kedudukan Ulama didalam NU
menempati posisi sentral yaitu :
1. Ulama
sebagai pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
2. Ulama
sebagai Pengelola Nahdlatul Ulama.
3. Ulama
sebagai Pengendali Kebijakan – kebijakan Nahdlatul Ulama.
4. Ulama sebagai panutan dan contoh tauladan bagi
seluruh warga Nahdlatul Ulama dan kaum Muslimin khususnya.
Itulah sebabnya, maka antara NU
dan Ulama tidak dapat dipisah-pisahkan, artinya saling membesarkan, saling
mengambil dan memberi manfaat. Nahdlatul Ulama tanpa Ulama akan gersang tidak
ada artinya sama sekali, dan Ulama yang keluar dari Nahdlatul Ulama
berkurang bahkan hilang kemanfaatannya bagi masyarakat Islam Ahlussunnah Wal
Jama’ah.
Dengan demikian posisi Ulama dan
peranannya didalam Nahdlatul Ulama sangat penting, oleh karenanya secara
organisatoris Ulama didalam NU disediakan lembaga khusus yang dinamakan
“Lembaga Syuriah”.
Lembaga ini berfungsi sebagai
pengelola, pengendali, Pengawas dan penentu semua kebijaksanaan dalam Nahdlatul
Ulama, sehingga dapatlah dikatakan dan memang demikian kenyataannya, bahwa
Ulama dan Nahdlatul Ulama merupakan tiang penyangga utama atau soko guru.
Ulama dan Nahdlatul Ulama tidak dapat dipisahkan, karena Jam’iyyah NU merupakan wadah untuk mempersatukan diri. Disamping itu NU juga merupakan wadah untuk menyatukan langkah. Dalam rangka usaha melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan Islam yang berhaluan Ahlussunnah Wal jama’ah.
Ulama dan Nahdlatul Ulama tidak dapat dipisahkan, karena Jam’iyyah NU merupakan wadah untuk mempersatukan diri. Disamping itu NU juga merupakan wadah untuk menyatukan langkah. Dalam rangka usaha melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan Islam yang berhaluan Ahlussunnah Wal jama’ah.
Merupakan kenyataan sejarah yang
tidak bisa dibantah, bahwa keberadaan Ulama dan Nahdlatul Ulama tidak
dapat dipisahkan dengan perkembangan umat Islam dan Nahdlatul Ulama tidak dapat
dipisahkan dengan perkembangan umat Islam di Indonesia, semenjak masuknya
sampai sekarang.
Referensi :
Kebangkitan Islam dan Peranan NU di Indonesia,PT Bina Ilmu,Surabaya.
Kebangkitan Islam dan Peranan NU di Indonesia,PT Bina Ilmu,Surabaya.
Vis a Vis NU, LKIS,jakarta 2002
Pelajaran Ke-NU-an Madrasah
Aliyah.
Posting Komentar